OPERA PRIMADONA

 

27 Agustus s/d 13 Sep. 1988 - 18 hari

GEDUNG KESENIAN JAKARTA

 

SINOPSIS

PERISTIWA TERJADI SEPUTAR TAHUN 1925 hingga 1936 di Batavia. Dua grup opera, OPERA MISS KECUBUNG-KEJORA dan GARDANELLA, bersaing ketat. Gardanella, dengan segala cara berusaha merebut primdona baru grup OPERA MISS KECUBUNG-KEJORA. Mereka tidak segan – segan menempuh jalan berbelit, dengan asmara maupun guna – guna.

KEJORA, primadona baru itu, naik namanya secara tak terduga. Ia digemari di seantero Jawa dan sukses, terutama ketika ia melakukan debutnya dalam lakon JULA-JULI BINTANG TIGA. Tapi keberhasilan kejora, bukannya tanpa resiko. MISS KECUBUNG, primadona lama grup itu, berusaha pula secara keras untuk merebut kembali mahkota ke-primadonaannya. Ia juga menempuh cara yang pada zaman itu sudah dianggap lazim: susuk dan guna – guna. Baginya, di atas panggung hanya ada satu primadona, yang lainnya embel – embel.

Inilah kisah hidup Miss Kejora, gadis dusun asal Jember yang terdampar di dalam sebuah dunia seni-opera yang semula masih sangat asing baginya. Ia menjadi rebutan, sementara hati dan cintanya sebetulnya sudah direbut oleh Valentino Van Sidoarjo Rama Umbara, jagoan utama dari grup Gardanella.

Ini juga kisah PETRO, sutradara grup OPERA MISS KECUBUNG-KEJORA. Suami yang tidak bisa berbuat apa-apa meskipun isterinya, Miss kecubung menjalin skandal dengan bermacam – macam lelaki.

Dan inilah kisah BALING, suami sang Kejora yang hingga masa tuanya tidak pernah menyentuh isterinya tetapi rela dan tetap setia. OPERA PRIMADONA menjadi unik, karena di samping memunculkan para jin Parsi, Zorro dan Hamlet, juga boleh dibilang merupakan ‘sandiwara di dalam saniwara’. Sebuah drama yang terjadi dibalik layar panggung, intrik dan skandal terselubung di tengah gemuruh tepuk tangan serta decak kagum para penggemar. Kisah – kisah yang jarang diketahui oleh masyarakat, dan biasanya ikut terkubur begitu pelakunya tiada.

Layar terbuka sedikit demi sedikit, dan kehidupan di luar panggung dari para bintang pada masa kejayaan Opera Bangsawan itu tersingkap. Telanjang. Kisah mereka, mungkin saja terulang pada masa sekarang, dengan para pelaku yang berbeda. Mungkin, sebab kita tidak pernah tahu. TEATER KOMA memanggungkan lakon ini, dengan upaya mendekatkan diri sedekat – dekatnya kepada nafas zaman ketika lakon ini terjadi. Bukan dalam bentuk melainkan ide. Dan itu tercermin dalam gaya yang tetap khas TEATER KOMA.

 

SYNOPSIS

THE EPISODE IS taken in Batavia around the year of 1925 through 1936. Two opera groups, OPERA MISS KECUBUNG-KEJORA and GARDANELA, were in a very tight competition. GARDANELLA with all its effort was trying to steal away the new primadonna from the MISS KECUBUNG-KEJORA group. They did not hesitate to use intricate methodes, either with love or charms.

KEJORA, the new primadonna, unexpectedly became very well-known. She was admired throughout Java and had successes, especially when she made her debut in the JULA-JULI BINTANG TIGA. Yet her success was not without taking any risks. MISS KECUBUNG, the former primadonna in the group, tried every oppressive way to regain her old primadonna crown. She had also taken some methodes, which in those early days were considered very common by wearing “susuk” (small gold pins often inserted in parts of the body to beautify their users) and charms.

For her there was only one primadonna on the stage, others were appendages.

This is life story of Miss Kejora, a country-maiden from Jember who was stranded in the world of opera which she was previously knew nothing about. Everyone tried to win her heart, but her love and heart had actually been captured by Valentino van Sidoarjo Rama Umbara, the leading actor in the GARDANELLA group.

This is also the story of PETRO, the stage-director off MISS KECUBUNG-KEJORA group. A husband who was powerless to his wife, Miss kecubung: whereas she had affairs with various kinds of men.

And here is the story of Baling as well, the rightful husband of Kejora who never touched his wife until his old age. Yet he was willing to stay loyal.

OPERA PRIMADONA is unique, other than presenting the Persian demons, Zorro and Hamlet, is can be looked upon as “a play within a play”. Intriques and scandals, a drama happened behind the stage curtain, were kept very well hidden in the tumult of hands clapping and the amazement of the audience. These stories are not commonly known to the public and usually are buried as soon as the performed passed away.

The grand curtain eventually opens up slowly and the life of each artist outside the stage in the glorious era of this opera bangsawan is revealed. Bare. Their stories can be happening again now to different performers. Probably, because we never realize it. TEATER KOMA presents this episode by trying to familiarize itself with tha atmosphere of the era when this episode occurred. It is not only the form, but also the idea. And this is being visualized within the unique style of TEATER KOMA.



PARA PEMAIN

RATNA RIANTIARNO ----

DIDI PETET ----

PRIJO S.WINARDI ----

TARIDA GLORIA ----

SJAEFUL ANWAR ----

SALIM BUNGSU ----

DUDUNG HADY ----

ALEX FATAHILLAH ----

SARI MANUMPIL ----

RITA MATU MONA ----

RONI M. TOHA ----

JOSHUA PANDELAKI ----

BUDI ROS ----

 

DORIAS PRIBADI ----

TAUFAN S. CH . N ----

TJIE TJIN SIANG ----

ANNEKE SIHOMBING ----

SRIYATUN LEGIOWATI ----

ASMIN TIMBIL ----

 

NASRI WIJAYA ----

 

ROMA GIA ----

 

BUDI SOBAR ----

ADE DAISY ----

LINDA SAHAB ----

DESMAIZAL ----

NINA RUBIANTI ----

---- SITI KEJORA

---- RAMA UMBARA, JIN DEPOK, ZORO, HAMLET

---- LUTAN, BOLANG-BALING

---- MISS KECUBUNG, PUTRI CINA

---- PETRO

---- JONED, JIN UNGU, PEROMPAK

---- KADIRUN, JIN COKLAT SUSU, PEROMPAK

---- AMSAD, PERIAS

---- OPHELIA, RUTINITAS,PENARI,  AWAN – AWAN

---- MENOR

---- SUBRO

---- TIO

---- RADEN GAYO, SEMSAR, PANGERAN,

---- WEDANA, RAJA

---- LUTFI, SEKRUP, MARSOSE, ORANG HITAM

---- RADEN HARYO MANGKUPRANOTO

---- AKTRIS-1, PEMILIK GRUP OPERA-1

---- BARIAH

---- ROGAYAH, PENARI, AWAN – AWAN

---- ABU BAKAR, BAUT, GAGAK,

---- BETAWI, ORANG HITAM

---- ORANG-1, PEMILIK GRUP OPERA-2

---- MARSOSE, ORANG HITAM

---- GODAM PULUNGAN, MARSOSE,

---- ORANG HITAM

---- ASTUMAN, LAERTES, DUKUN, ORANG HITAM

---- AKTRIS-2, PENARI-2, AWAN-AWAN

---- PENARI-1, PUTRI JELITA, AWAN-AWAN

---- ORANG HITAM

---- WANITA



 PARA PEKERJA

NASKAH KARYA ----

PENATA ARTISTIK ----

PENATA MUSIK ----

PENATA GERAK ----

PENATA BUSANA ----

PENATA RIAS ----

PENATA GRAFIS ----

PENATA CAHAYA ----

PENATA SUARA ----

ASISTEN SUTRADARA ----

URUSAN ARTISTIK ----

 

URUSAN MUSIK / PEMUSIK ----

 

 

URUSAN CAHAYA ----

URUSAN RIAS ----

 

URUSAN LATIHAN / PENCATAT ----

URUSAN DOKUMENTASI / FOTO ----

URUSAN PEMASARAN / SPONSOR ----

 

URUSAN HUMAS / PUBLIKASI ----

 

 

URUSAN KARCIS ----

 

URUSAN KONSUMSI ----

 

URUSAN ADMINISTRASI ----

URUSAN KEUANGAN ----

PIMPINAN PANGGUNG ----

 

PIMPINAN PRODUKSI ----

SUTRADARA ----

---- N.RIANTIARNO

---- SJAEFUL ANWAR

---- IDRUS MADANI

---- DIDI PETET, RESTU IMANSARI KUSUMANINGRUM

---- ALEX FATAHILLAH

---- SUBARKAH HADISARDJANA

---- JIM BARY ADITYA

---- M. THAIB (GKJ)

---- HERMUNTORO (GKJ)

---- ASMIN TIMBIL

---- NASRI WIJAYA, SALIM BUNGSU, ROMA GIA,

---- TANTIO ADJIE, ICUK, AWAN P.SIMATUPANG

---- IDRUS MADANI, IBNU HAKIM,

---- BOEDI INDERA CAHAYA,

---- EKO PARTITUR, OPA LEO

---- BUDI SOBAR, STAF GKJ

---- ACHMEDI, RITA MATU MONA,

---- LINDA SAHAB

---- BUDI ROS

---- DESMAIZAL, DORIAS PRIBADI

---- RATNA RIANTIARNO, RONI M.TOHA

---- SARI MANUMPIL, TIM TEATER KOMA

---- GEDUNG KESENIAN JAKARTA

---- DORIAS PRIBADI, ROMA GIA

---- TIM TEATER KOMA

---- DESMAIZAL, SRIYATUN LEGIOWATI

---- BUDI ROS

---- ANNEKE SIHOMBING, ASMIN TIMBIL,

---- TJIE TJIN SIANG

---- DORIAS PRIBADI

---- ASMIN TIMBIL

---- I GUSTI KOMPIANG RAKA

---- SARI MANUMPIL

---- RATNA RIANTIARNO

---- N. RIANTIARNO