Berita

Tahun Baru Imlek sangat berkesan karena sudah beberapa kali menjadi bagian dari produksi Teater Koma, terutama saat produksi trilogi Sie Jin Kwie (2010-2012) yang dipentaskan saat ataupun berdekatan dengan perayaannya.

Kami dari segenap Keluarga Besar Teater Koma mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek 2565 kepada semua yang merayakannya. Semoga di Tahun Kuda Kayu ini, segala usaha yang dijalankan bisa berlari kencang dan rejeki juga melesat cepat ke pangkuan kita.

Keluarga Besar Teater Koma mengucapkan Selamat Tahun Baru 2014 kepada Anda semua. Semoga tahun yang baru ini memberi kita semangat baru untuk merubah dunia menjadi lebih baik.
Keluarga besar Teater Koma mengucapkan Selamat Natal bagi Anda yang merayakan dan selamat berlibur bagi semua orang. Semoga damai dan kasih menyelimuti seluruh dunia. Sampai bertemu lagi bulan Maret 2014 dalam lakon DEMONSTRAN.

Setelah pagelaran sukses IBU di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, 1-17 November lalu, kembali Teater Koma bersiap untuk menyuguhkan pentas terbaru. DEMONSTRAN adalah naskah yang sudah lama digarap Norbertus Riantiarno tapi belum mendapat saat yang tepat untuk diproduksi. Kini, sudah ditetapkan pula bahwa lakon ini akan digelar 1-15 Maret 2014.

Pertemuan pertama diadakan di sanggar Teater Koma pada hari Minggu, 15 Desember 2014. Anggota yang terlibat sudah mengambil naskah dan membaca hampir seperempat naskah untuk menyiapkan diri bagi sesi diskusi dan latihan yang akan dilakukan di hari-hari berikutnya. Sampai jumpa Maret 2014 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Teater Koma menutup program Akhir Pekan di Museum dengan tiga kali pentas "Raksasa Bhairawa Sang Pengasah Parang" pada hari Minggu, 8 Desember 2013. Program yang diselenggarakan di Museum Nasional Indonesia ini termasuk juga Craft Day atau bazaar. Menampilkan lakon yang berhubungan dengan artefak yang berbeda tiap kali pentasnya, masih ada banyak lagi dari 140.000 artefak Museum Nasional yang belum dipentaskan.

Total ada 6 lakon yang kami pentaskan sejak September 2013 yaitu "Puputan Klungkung", "Samurai Bersepeda" (2 kali pentas), "Karamnya Kapal Tek Sing" (2 kali pentas), "Celengan Majapahit", "Kuda Perang Pangeran Diponegoro" serta "Raksasa Bhairawa Sang Pengasah Parang".

Terima kasih kami bagi Anda semua yang sudah datang mengunjungi pentas ataupun Craft Day. Semoga program Akhir Pekan di Museum kembali berlanjut di tahun 2014 agar kita bisa berjumpa lagi di Museum Nasional.

Teater Koma

Produksi ke-131
IBU (Mother Courage and Her Children)
Karya Bertolt Brecht
Sutradara N. Riantiarno

"Perang abad ke-17 yang tetap menjadi dasar politik masa kini"

Graha Bhakti Budaya TIM
1 s/d 17 November 2013
Pukul 19.30 WIB
(Catatan: hari Senin tetap ada pertunjukan, hari Minggu pukul 13.30 WIB)

HTM:
Weekend (Jumat - Minggu): 300 rb, 250 rb, wing 150 rb, balkon 100 rb
Weekday (Senin - Kamis): 250 rb, 200 rb, wing 100 rb, balkon 75 rb dan mahasiswa 50 rb

Info tiket:
Sekretariat Setiabudi 5251066 / 5224058.
Sekretariat Bintaro 7350460 / 7359540.
Ina: 081398818586
Suntea: 0818990579

Denah tiket juga bisa dilihat di situs kami: http://www.teaterkoma.org/

 

Sinopsis

Perang berkecamuk di seluruh benua. Negara yang mengusung bendera Matahari Hitam melawan negara lain yang mendukung Matahari Putih. Segalanya serba tidak pasti. Semua orang, tanpa terkecuali, jadi korban.

Ibu Brani menolak jadi korban. Dia justru mencium peluang bisnis. Bersama dua putra dan seorang putri bungsu yang bisu, mereka melintasi medan perang, menarik gerobak penuh barang dagangan.

Tidak peduli resimen Matahari Hitam atau Matahari Putih, semua boleh membeli barang dagangan Ibu Brani. Syaratnya? Bayar dengan uang. Ibu Brani bertekad meraup untung dari perang. Tapi, di akhir perang, apakah ada pihak yang betul-betul meraih untung?

War ravages the continent. Countries under the banner of The Black Sun battles the countries supporting The White Sun. Everything becomes uncertain. Everyone, without exception, falls victim.

Mother Courage refuses to become a victim. She instead sees a business opportunity. With her two sons and youngest daughter, who is a mute, they cross the battlefield, towing a wagon filled with merchandise.

Catering to both sides, The Black Sun and The White Sun regiments, anyone is welcome to buy the goods as long as they pay with cash. Mother Courage is determined to reap the benefits of war. But, at the end of any war, are there really winners?

 

Museum Nasional Indonesia bekerjasama dengan Produser Mystery of Batavia dan Teater Koma mempersembahkan Akhir Pekan @MUSEUM Nasional.

Program ini dirancang khusus untuk anak-anak, keluarga dan komunitas yang beraktifitas pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor/car-free-day Jakarta. Setiap hari Minggu dari tanggal 8 September hingga 8 Desember 2013, kami akan memilih satu benda sejarah dari antara 140 ribu lebih artefak dalam koleksi museum.

Dari keris Puputan Bali hingga keramik kapal Tek Sing; dari emas raja-raja Medang sampai kehebatan soldadu sepeda Jepang --sejarah mereka bakal dipentaskan Teater Koma dalam dongeng berdurasi 15 menit.

Mau ikutan? Daftarkan dirimu mulai September ini di FB Akhir Pekan di Museum atau melalui twitter @museum_weekend

Usai mendaftar kamu tinggal menggowes sepedamu atau melangkahkan kaki di hari Minggu ke Museum Nasional Indonesia di Jalan Medan Merdeka Barat No. 12, Jakarta Pusat. Cari gedung yang ada patung Gajah di halamannya.

Biayanya gratis. Cukup dengan bayar tiket masuk ke museum Rp. 5.000/orang (Rp. 2.000/anak) kamu sudah bisa keliling museum sekaligus nonton Teater Koma melakonkan kisah-kisah seru masa lalu nusantara kita!

 

Jadwal Program September:

Pentas Dongeng TEATER KOMA

8 Sept -- Keris Puputan Klungkung

15 Sept -- Samurai Bersepeda

29 Sept -- Karamnya Kapal Tek Sing

Workshop

22 Sept -- Membuat keramik - Mencungkil kayu

 

Ikuti berita Akhir Pekan di Museum melalui media sosial:

Facebook: Akhir Pekan di Museum

Twitter: @museum_weekend

g+: This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

Vimeo: akhirpekan.museum

Path: akhirpekan.museum

Subcategories